Home-Schooler? Siapakah yang
disebut home-schooler?
Home-schooler atau pesekolah rumah adalah mereka yang yang
memutuskan untuk menempuh pendidikan di jalur pendidikan nonformal atau yang
lebih dikenal masyarakat dengan sebutan home-schooling.
Sebagian besar masyarakat
Indonesia kurang begitu paham apa dan bagaimana home-schooling itu. Memang
benar adanya jika home-schooling masih sebatas dinikmati oleh kalangan
tertentu, misalnya saja artis. Artis memiliki jadwal cukup padat sehingga
membutuhkan waktu belajar yang fleksibel dan tidak terikat.
Saat ini di Indonesia sudah
bermunculan lembaga-lembaga home-schooling, misalnya Home-Schooling Kak Seto,
Home Schooling Sekolah Dolan dan Home-Schooling Primagama. Namun
lembaga-lembaga nonformal ini kurang begitu eksis dibanding dengan keberadaan
lembaga pendidikan formal SD, SMP dan SMA pada umumnya.
Saya sebagai tutor instansi pendidikan nonformal sering dihadang oleh pertanyaan-pertanyaan masyarakat seputar home-schooler. Dan yang paling sering ditanyakan adalah “apakah home-schooler dapat menyebabkan anak menjadi individualis?” Dengan tegas saya jawab “TIDAK”.
Mengapa demikian? Berikut akan saya paparkan fakta
seputar home-schooler.
1. Home-schooler memang belajar
di rumah dan yang menjadi guru utama adalah orangtua. Orang tua akan diberi
kurikulum dan panduan mengajar oleh lembaga home-schooling yang diikuti. Tapi
jika orangtua tidak mampu melakukannya sendirian maka solusinya adalah
memanggil guru untuk didatangkan ke rumah. Orangtua bisa mendatangkan guru
khusus mata pelajaran atau guru yang berhubungan dengan minat dan bakat
anak. Seperti musik, tari, olahraga, dan
sebagainya. Sehingga bagaimanapun juga anak akan tetap berinteraksi dengan
orang luar.
2. Lembaga home-schooling memiliki
program pembelajaran yang beraneka ragam. Ada kalanya home-schooler belajar
mandiri di rumah. Ada kalanya juga mereka
secara rutin sesuai yang dijadwalkan harus datang ke lembaga
home-schooling yang menaunginya. Pada saat
jadwal datang ke lembaga, mereka akan bertemu dengan home-schooler
lainnya dan melakukan pembelajaran klasikal sesuai dengan tingkatannya
3. Home-schooler biasanya ada
yang memilki komunitas belajar. Anggota komunitas belajar bisa terdiri dari
para home-schooler yang tempat tinggalnya berdekatan sehingga bisa belajar
bersama. Para orangtua bisa saling berkolaborasi untuk menjadi tutor
belajarnya. Misalnya orangtua si A ahli dalam bidang seni, orangtua si B ahli
bidang sains, orang tua si C ahli bidang bahasa. Hal ini bisa dimanfaatkan dengan
baik. Anak menjadi tidak bosan, tetap memiliki teman dan bahkan hubungannya
bisa menjadi lebih erat seperti keluarga.
4. Lembaga home-schooling
biasanya memiliki program-program kreatif yang dapat mempererat hubungan antar
home-schooler . Contohnya saja camping. Para orangtua dan home-schooler
dilibatkan dalam camping bersama. Tujuannya antara lain agar para home-schooler
bisa berinteraksi dengan teman lainnya.
Nah, masih berfikir kalau
home-schooler itu individualis?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar