Jumat, 03 Maret 2017

Essay Sastra  

Berikut ini adalah tips menulis essay sastra yang saya rangkum ketika berguru pada esais muda Tia Setiabudi dan esais master Joko ……   Apa itu esai sastra? Esay sastra adalah katya esai yang ditulis dengan gaya sastra. Apapun topiknya boleh namun tetap harus menggunakan bahasa yang layaknya digunakan dalam karya sastra. Esai sastra jelas berbeda dengan esai ilmiah, kritik akademisi maupun praktisi. Peranan teori dalam esai sastra tidak kaku. Esai satra tidak membahas yang abstrak. Gagasannya jelas namun dibingkai secara apik dalam ilustrasi-ilustrasi dan bahasa yang menari-nari lincah

 1. Dalam esai sastra , seorang esais tidak boleh menggurui Karya esai merupakan bentuk opini penulis dan didukung dengan fakta-fakta yang ada. Bertujuan untuk menguak suatu suatu isu/kejadian yang ditangkap oleh penulis dan diolah oleh penulis berdasar sudut pandang masing-masing. Sehingga dalam essay lebih baik penulis menghindari kata-kata seperti “Jangan dilakukan, ini harus dilakukan, harus disadari,bersabarlah, ingat, jangan, hati-hati,  dll. Akan lebih indah jika saran kita bisa diterima oleh pembaca yaitu dengan menggunakan ilustrasi  

2. Esai berbeda dengan opini
Opini cenderung member solusi yang jelas, dalam hal ini penulis memiliki ketajaman dalam melihat suatu permasalahan dari topic yang diangkat. Sedangkan dalam esai, penulis tidak perlu memberikan solusi yang jelas apalagi dibuat poin per poin 1,2,3. Bahkan dalam sebuah esai, esais bisa mengajukan sebuah pertanyaan.  Namun esai tetap membawa gagasan

  3. Bahasa dalam esai sastra
 Opini dan esai ilmiah memakai bahasa yang tidak ambigu, ketat, logis, sistematis. Sedangkan esai sastra menggunakan bahasa yang luwes, ambigu, lincah menari-nari, dan kalimatnya bermusikal. Dalam judul hindari kata-kata seperti peranan, implementasi,dll yang terkesan formal. Dalam esai sastra boleh menggunakan kata-kata gahul. Datang darimana bahasa ketika menulis? Kalau tidak ada bahan yang pernah dibaca maka alam bawah sadar akan menjadi kosong, oleh karena itu kita harus banyak membaca karya orang lain juga. Hati-hati dengan kata yang sering digunakan, misalnya aja di awal kalimat sering digunakan kata seperti “ zaman sekarang ini, di era globalisasi, dst. Walaupun begitu, esai tetap tidak bisa disamakan dengan cerpen. Meskipun sama-sama menggunakan gaya sastra, esai tetap membawa gagasan. Dengan membaca maka kata akan terserap dalam otak dan ketika menulis akan lebih lancar

 4. Sudut Pandang Penulis
Dalam tulisan esai sastra harus ada unsure Aku-nya dengan cara memasukkan pengalaman. Misalnya esais sedang membahas tentang persoalan difabel bisa didahului dengan cerita pengalaman pribadi atau cerita orang lain setelah itu masukkan tentang kebijakan yang mengatur tentang difabel, lalu komentari dengan opini pribadi, dst. Persoalannya dipersempit tapi sudut pandangnya diperluas. Perspektif dalam eai sastra bisa dilihat dari judulnya.

 5. Seorang esais memiliki wawasan yang luas
Seorang esais bisa melatih kemampuannya dengan cara membaca karya orang lain. Dengan membacaakan membuka wilayah lain yang belum kita ketahui Ada beberapa buku yang bisa dibaca terkait esai sastra Surat-surat Kepercayaan: Asridjani
Kumpulan esai Iwan Simatumpang
Goenawan Muhammad
Joko Damono
Putu Wijaya
Omi Baba
WS. Rendra
 Joko Saryono

Baca berulang-ulang sampai 50 kali. hehehe

1 komentar:

  1. Arep follow tombole gaono... Coba kek i tombole, Cong...

    Mariki ta link ning blogku...

    BalasHapus