Manusia
diciptakan di muka bumi ini sebagai seorang khalifah yang bisa memimpin bumi
ini dengan sebaik-baiknya. Kita dilahirkan di bumi ini tidak lain adalah untuk
menjadi seorang pemimpin, pemimpin yang adil, bijaksana dan bertanggungjawab
atas segala sesuatu yang dipimpinnya untuk kebaikan bumi dan seisinya. Setiap
manusia pastinya memiliki pengalaman menjadi seorang pemimpin. Pemimpin tidak
hanya di asumsikan sebatas memimpin organisasi, lembaga atau yang terlihat
kasat mata saja. Memimpin diri sendiri sebagai individu merupakan hal terkecil
dari sebuah kepemimpinan. Bisa dibayangkan jika setiap individu dalam sebuah
kepemimpinan tak bisa memimpin dirinya sendiri, apa yang terjadi? Pastinya
organisasi tersebut tidak akan berdiri tegak karena dinamika individu-individu
yang tidak selaras. Berbeda pendapat dan pikiran memang hal biasa terjadi dalam
suatu organisasi. Dari permasalahan yang ada dalam organisasi inilah peranan
seorang pemimpin sangat dibutuhkan. Kata kunci seorang pemimpin adalah
‘pengaruh’ dimana ia memiliki pengaruh penting dalam orang-orang yang dipimpinnya
dan bagaimanapun caranya ia harus bisa mempengaruhi orang yang dipimpinnya.
***
Dalam
hidup saya sebagai makhluk sosial, saya tidak pernah lepas dengan sebutan
sebagai makhluk sosial. Untuk memenuhi kebutuhan sosial salah satunya yaitu
dengan bergabung dengan sebuah perkumpulan/organisasi. Sejak kecil saya sudah
sering masuk dalam lingkup organisasi mulai dari organisasi karangtaruna, majlis
taklim,OSIS, ekstrakulikuler di sekolah. Di luar sekolah pun saya juga
bergabung dengan beberapa organisasi seperti DPA (Dewan Perwakilan Anak) dan
DKM (Dewan Kesenian Malang) hingga saya tumbuh dewasa pun juga masih bernaung
dalam organisasi baik intra kampus maupun ekstra kampus. Jika kita telusuri
ternyata tidak semua orang tertarik bergabung dengan organisasi, ada yang
menganggap bahwa organisasi hanyalah membuang-buang waktu saja dan ada yang menganggap
bahwa dirinya tidak memiliki jiwa kepemipinan dan organisasi sehingga ia tak
tertarik dengan berbagai organisasi di sekelilingnya. Bagi mahasiswa mungkin
tidak asing dengan istilah ‘kupu-kupu’ alias kuliah-pulang kuliah-pulang yang
setiap harinya hanya berangkat kuliah dan sepulang kuliah hanya stay di rumah.
Padahal ada keasyikan tersendiri ketika kita bergabung dengan sebuah
organisasi. Selain mendapatkan ilmu yang bermanfaat, kita juga pasti memiliki
jaringan yang lebih luas. Contohnya saja ketika saya bergabung dengan DKM,
karena DKM adalah organisasinya para seniman maka dari sinilah saya mendapat
banyak link seniman yang ada di kota Malang. Entah mengapa ketika saya
bergabung dengan organisasi saya hampir selalu menempati posisi yang sama yaitu
sebagai sekretaris dan bendahara. Paling tinggi sebagai wakil ketua dan tidak
pernah menjadi seorang ketua. Namun hal ini tidak menjadi suatu masalah karena
sejatinya untuk menjadi seorang pemimpin tidak harus menjabati kedudukan
sebagai seorang ketua. Sebagai wakil ketua, sekretaris, bendahara pun juga
masih termasuk pemimpin karena ia masih memiliki pengaruh penting dalam sebuah
organisasi yang tentunya saya sudah dipercaya oleh anggota bahwa saya bisa
menjalankan mandat tersebut.
Di
kampus, saya bergabung dengan organisasi UKM SAMIN (Unit Kegiatan Mahasiswa
Sanggar Minat) yang berkecimpung di dunia seni kerajinan dan desain. Dalam
organisai ini saya dipercaya sebagai bendahara pameran yang mengatur sirkulasi
keuangan pameran. Sebagai seorang pemegang keuangan saya dituntut bertanggung
jawab,memegang teguh nilai-nilai dan jujur dalam segala hal untuk menghindari
penyelewengan keuangan organiasasi. Butuh kesabaran,keuletan dan ketelitian
sebagai pemegang keuangan organisasi. Sedikit cerita saat masih pertama kali
perekrutan anggota, banyak sekali mahasiswa yang mendaftar namun dengan seiring
berjalannya waktu satu persatu dari kami mulai tidak aktif lagi dalam
organisasi. Inilah yang disebut dengan seleksi alam hingga dari semula yang
mendaftar mencapai seratus orang lebih menjadi beberapa gelintir saja yang
aktif dengan berbagai macam alasan seperti adanya kesibukan kuliah sehingga
tidak bisa mengatur waktu, dilarang orang tua, bosan,dll hingga menjadikan hal
ini sebagai tantangan tersendiri bagi saya dan teman-teman yang aktif lainnya
untuk merangkul kembali anggota yang telah lama vakum. Tentunya sebagai seorang
mahasiswa saya juga disibukkan dengan kuliah dengan seambrek tugas yang juga
membutuhkan waktu dan tenaga untuk menyelesaikannya belum lagi di tengah
kesibukan saya sebagai seorang aktifis organisasi UKM SAMIN yang notabenenya
sering mengadakan pelatihan dan pameran. Dibutuhkan komitmen untuk bisa
mengimbangi antara kuliah dan organisasi serta sebisa mungkin untuk bisa
memanajemen waktu sebaik mungkin agar keduanya bisa berjalan maksimal.
Saya
mengibaratkan bahwa kuliah dan berorganisasi itu seperti aktifitas makan dimana
kuliah sebagai nasi yang merupakan makanan pokok dan organisasi adalah sebagai
lauk-pauknya yang memberikan rasa untuk membuat kita lebih bersemangat untuk
makan. Kuliah memang hal pokok yang harus ditempuh namun ada beberapa hal yang
tidak kita dapatkan di kelas bahkan hal ini juga tidak masuk dalam matakuliah
apapun. Pengalaman organisasi memberikan pelajaran tersendiri tentang menumbuhkan
jiwa kepemimpinan pada diri saya bagaimana menghadapi masalah, bagaimana saya
mengambil keputusan, menghormati otoritas, mengelola emosi, mengajarkan
toleransi dan mengenyampingkan kepentingan/kepuasan pribadi untuk mengutamakan
kepentingan bersama, menggerakkan organisasi hingga kita bisa menetapkan dan
mencapai tujuan bersama-sama. Pengalaman-pengalaman berharga ini menjadikan
motivasi bagi saya untuk lebih bisa menjadi pribadi yang hangat, bisa
mengayomi, selalu berfikir positif, lebih disiplin dan saya yakin bahwa ini
semua tidak akan sia-sia. Semua pasti ada manfaatnya ketika nanti saya
benar-benar terjun dalam kehidupan masyarakat yang sesungguhnya. Dengan bekal
ilmu dari organisasi saya yakin ini adalah salah satu jurus akselerasi untuk satu
langkah lebih maju dari teman-teman saya lainya untuk lebih sukses. Sukses bagi
anak kuliahan tidak hanya sebatas lulus dengan gelar cumlaude, sangat dangkal
sekali pemikiran kita jika hanya sebatas IPK yang kita kejar. Dalam dunia kerja,
bukan nilai IPK yang kita jual tapi skill dan pengalaman yang menjadi senjata.
Nilai IPK tinggi bisa kita beli tapi skill dan pengalaman adalah harga mati.
Tidak akan dimiliki bagi orang yang tidak pernah menjalani. Namun jangan sampai
salah pengertian, siapa bilang aktifis organisasi tidak dapat lulus tepat waktu
dengan nilai yang tinggi? Berorganisasi bukanlah suatu penghalang untuk tetap
berprestasi. Justru ini harus menjadi nilai plus bagi kita untuk tetap membangun
potensi diri agar lebih baik lagi.
Masih ngeyel kalau organisasi bakal ganggu kuliah kamu, cobain dulu deh. Kamu akan menemukan keasyikan tersendiri. Kuliah dan berorganisasi, why not guys? :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar