Lagu Anak-anak Lenyap Koplo-pun Meluap, Lantas Bagaimana Kita Mengambil Sikap?
***
Dangdut koplo semakin berkembang. Peminatnya tidak hanya orang dewasa tapi juga anak-anak. Lirik lagu dangdut kerap kali menggunakan kata-kata sensual. Hal ini dapat berdampak negatif pada anak. Salahsatunya adalah anak akan mengadopsi kata-kata tersebut dan mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut pandangan penulis dampak-dampak negatif yang ditimbulkan dari pengaruh maraknya dangdut koplo tidak serta merta disalahkan pada anak-anak itu sendiri melainkan ini menjadi tanggungjawab kita bersama. Orang tua, guru, pemerintah dan juga produsen musik pada umumnya.
Lantas bagaimana solusinya, apakah harus melarang anak menonton tayangan bergenre lagu dangdut koplo? atau melarang mereka menyanyikan lagu cinta,rumahtangga,kegalauan dan patah hati? Kalau hanya larangan, sepertinya bukan solusi.
Cara
demikian bukanlah cara yang
cocok untuk zaman sekarang ini, yang bisa kita lakukan adalah menciptakan
pengimbang. Kita perlu memfasilitasi mereka agar bisa mendengarkan lagu yang
pas di usianya dengan kandungan edukasi yang cocok dengan perkembangannya.
Misalnya, membelikan CD atau program musik untuk anak, mengajarkan mereka lagu
anak-anak, menyediakan buku lagu-lagu sevariatif mungkin, bahkan kalau
memungkinkan, kita bisa mengikutsertakan les musik, vocal group atau
tari. Terlepas nanti dia mau jadi seniman atau tidak, yang penting kita telah
memberikan database perilaku, sumber motivasi dan aspirasi dari lagu-lagu untuk
sang anak.
Yang paling mendasar orang tua sebagai pendidik utama dalam keluarga hendaknya lebih selektif dalam memilihkan hiburan pada anak dan juga selalu mendampingi anak agar terus bisa mengontrol apa yang dilihat anaknya.
Selain
orang tua, pemerintah harusnya juga melihat masalah ini menjadi bahasan serius
untuk diperbincangkan. Pemerintah berhak mengeluarkan peraturan untuk mengatur
perkembangan musik di Indonesia terutama music dangdut koplo yang mulai tak
terkendali. Negara kita
memiliki Lembaga Sensor Film sebagai pelindung masyarakat dari pengaruh negatif
yang ditimbulkan oleh film.
Lalu bagaimana dengan musik? Apakah kita telah
memiliki lembaga yang membantu kita menyeleksi lagu yang pantas untuk
didengarkan? Sekarang Indonesia membutuhkan lembaga seperti itu. Lembaga
tersebut nantinya akan berfungsi untuk menyaring lagu-lagu yang akan diedarkan
di pasaran untuk meminimalisir dampak buruk dari lagu-lagu yang berisi
pesan-pesan negatif. Tidak hanya itu, peran keluarga dalam memilih lagu untuk
diperdengarkan anak sangatlah penting. Penulis pernah melihat seorang ibu mengajarkan
lagu ‘ku hamil duluan’ yang dinyayikan Tuty Wibowo kepada anaknya. Padahal
dalam lagu tersebut memiliki lirik yang tidak pantas. Perlu diketahui bahwa keluarga
merupakan benteng terakhir untuk anak-anak dari pengaruh buruk yang ada. Namun
terkadang karena minimnya pengetahuan, banyak pula orangtua yang meremehkan hal
ini. Mereka menganggap bahwa lagu-lagu dangdut koplo yang mereka ajarkan pada
anak hanya bermaksud untuk hiburan saja dan tidak akan berdampak negatif pada
anaknya.
Selain itu saat ini banyak diantaranya penulis lagu yang hanya mementingkan profit dan mengenyampingkan dampaknya bagi masyarakat serta meninggalkan etika dalam menjalankan profesinya.
Pada jaman sekarang ini, musik sudah bisa
didengarkan kapan saja dan dimana saja baik dewasa maupun anak-anak. Anak-anak
adalah generasi penerus bangsa kita. Jika mereka terus-menerus didengarkan lagu
yang memiliki pesan negatif, tentunya kita bisa membayangkan kedepan akan
menjadi seperti apa. Membahas hal ini, penulis jadi ingat tentang kontes
menyanyi yang di selenggarakan oleh beberapa stasiun televisi seperti Idola
Cilik, AFI Junior,Idol Junior yang memfasilitasi anak-anak yang memiliki
talenta dalam bidang tarik suara. Memang benar adanya bahwa kompetisi ini
mengusung tema anak-anak namun bisa dilihat kenyataanya bahwa lagu-lagu yang
dibawakan oleh anak-anak tersebut jauh dari tema anak-anak.
Mereka lebih banyak
memilih lagu-lagu dewasa bahkan tidak jarang mereka juga memilih lagu dangdut
koplo untuk dinyanyikan. Hal ini cukup membuktikan bahwa eksistensi lagu
dangdut koplo lebih tinggi dibandingkan dengan lagu bertema anak-anak. Mengapa
hal ini bisa terjadi? Bisa jadi selain karena mereka ingin mengikuti trend lagu
yang sedang booming saat ini dan bisa pula disebabkan karena adanya
kebosanan tersendiri terhadap lagu anak-anak yang hanya itu-itu saja,
stagnan/tidak ada peningkatan kuantitas maupun kualitas lagu seiring
berkembangnya zaman, nada dan iramanya dianggap terlalu monoton dan ringan
sehingga tidak setara dengan kemampuan vocal anak-anak yang lebih dari
biasanya apalagi les vocal saat ini cukup marak sehingga mereka butuh lagu
yang bisa mendukung kemajuan peningkatan vocal yang lebih baik.
Tidak semua
lagu anak-anak memiliki gaya nada yang ringan dan monoton, contohnya saja
lagu-lagu yang dibawakan oleh Sherina, lagu-lagu tersebut memiliki variasi nada
dengan beberapa tingkat kesulitan namun sayangnya dengan berkembangnya zaman
sudah jarang sekali penulis lagu yang menciptakan kreasi lagu sedemikian rupa.
Tidak hanya dari segi penulis lagu, produser musik pun sedikit enggan
memproduksi lagu anak-anak yang berkualitas baik karena pada saat ini marak
sekali kasus pembajakan serta mudahnya akses karya-karya musik yang dapat
dengan mudah dijumpai lewat situs youtube dengan gratis, apresiasi terhadap
karya cukup minim sekali sehingga tidak membawa profit cukup besar bagi
produser musik.
Tetapi apalah arti dari sebuah materi jika ternyata tak memberi manfaat berarti bagi masyarakat kita sendiri. Ini adalah sebuah masalah pelik yang membutuhkan solusi. Apa yang kita miliki akan lebih bermanfaat jika kita persembahkan untuk negri. Dan sebagai solusi, dengan menghidupkan lagu-lagu bernuansa edukasi disertai variasi nada dan genre bisa menjadi pemecah masalah yang sedang terjadi.
Sekali lagi, pengawasan terhadap aktivitas
anak di rumah terutama dalam hal penggunaan media hiburan seyogyanya menjadi kewajiban
yang harus dilakukan oleh orang tua. Adapun guru disekolah berkewajiban
memberikan pemahaman kepada siswa tentang tayangan – tayangan apa saja yang
boleh dilihat oleh anak. Jika perlu
sekolah bisa memberikan sanksi kepada anak yang terbukti meniru nyanyian
atau adegan-adegan yang dilarang. Dengan begitu kita pun berharap pendidikan
karakter yang saat ini tengah menjadi “primadona” bukan hanya menjadi slogan
semata namun juga benar-benar dilaksanakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar