Senin, 26 Desember 2016

Lagu Anak-anak Lenyap Koplo-pun Meluap, Lantas Bagaimana Kita Mengambil Sikap?

                  



                  Lagu Anak-anak Lenyap Koplo-pun Meluap, Lantas Bagaimana Kita Mengambil Sikap?
 ***
Dangdut koplo semakin berkembang. Peminatnya tidak hanya orang dewasa tapi juga anak-anak. Lirik lagu dangdut kerap kali menggunakan kata-kata sensual. Hal ini dapat berdampak negatif pada anak. Salahsatunya adalah anak akan mengadopsi kata-kata tersebut dan mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut pandangan penulis dampak-dampak negatif yang ditimbulkan dari pengaruh maraknya dangdut koplo tidak serta merta disalahkan pada anak-anak itu sendiri melainkan ini menjadi tanggungjawab kita bersama. Orang tua, guru, pemerintah dan juga produsen musik pada umumnya. 

 Lantas bagaimana solusinya, apakah harus melarang anak menonton tayangan bergenre lagu dangdut koplo? atau melarang mereka menyanyikan lagu cinta,rumahtangga,kegalauan dan patah hati? Kalau hanya larangan, sepertinya bukan solusi.

    Cara demikian bukanlah cara yang cocok untuk zaman sekarang ini, yang bisa kita lakukan adalah menciptakan pengimbang. Kita perlu memfasilitasi mereka agar bisa mendengarkan lagu yang pas di usianya dengan kandungan edukasi yang cocok dengan perkembangannya. Misalnya, membelikan CD atau program musik untuk anak, mengajarkan mereka lagu anak-anak, menyediakan buku lagu-lagu sevariatif mungkin, bahkan kalau memungkinkan, kita bisa mengikutsertakan les musik, vocal group atau tari. Terlepas nanti dia mau jadi seniman atau tidak, yang penting kita telah memberikan database perilaku, sumber motivasi dan aspirasi dari lagu-lagu untuk sang anak. 

Yang paling mendasar orang tua sebagai pendidik utama dalam keluarga hendaknya lebih selektif dalam memilihkan hiburan pada anak dan juga selalu mendampingi anak agar terus bisa mengontrol apa yang dilihat anaknya. 

       Selain orang tua, pemerintah harusnya juga melihat masalah ini menjadi bahasan serius untuk diperbincangkan. Pemerintah berhak mengeluarkan peraturan untuk mengatur perkembangan musik di Indonesia terutama music dangdut koplo yang mulai tak terkendali. Negara kita memiliki Lembaga Sensor Film sebagai pelindung masyarakat dari pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh film. 

     Lalu bagaimana dengan musik? Apakah kita telah memiliki lembaga yang membantu kita menyeleksi lagu yang pantas untuk didengarkan? Sekarang Indonesia  membutuhkan lembaga seperti itu. Lembaga tersebut nantinya akan berfungsi untuk menyaring lagu-lagu yang akan diedarkan di pasaran untuk meminimalisir dampak buruk dari lagu-lagu yang berisi pesan-pesan negatif. Tidak hanya itu, peran keluarga dalam memilih lagu untuk diperdengarkan anak sangatlah penting. Penulis pernah melihat seorang ibu mengajarkan lagu ‘ku hamil duluan’ yang dinyayikan Tuty Wibowo kepada anaknya. Padahal dalam lagu tersebut memiliki lirik yang tidak pantas. Perlu diketahui bahwa keluarga merupakan benteng terakhir untuk anak-anak dari pengaruh buruk yang ada. Namun terkadang karena minimnya pengetahuan, banyak pula orangtua yang meremehkan hal ini. Mereka menganggap bahwa lagu-lagu dangdut koplo yang mereka ajarkan pada anak hanya bermaksud untuk hiburan saja dan tidak akan berdampak negatif pada anaknya. 

Selain itu saat ini banyak diantaranya penulis lagu yang hanya mementingkan profit dan mengenyampingkan dampaknya bagi masyarakat serta meninggalkan  etika dalam menjalankan profesinya. 

      Pada jaman sekarang ini, musik sudah bisa didengarkan kapan saja dan dimana saja baik dewasa maupun anak-anak. Anak-anak adalah generasi penerus bangsa kita. Jika mereka terus-menerus didengarkan lagu yang memiliki pesan negatif, tentunya kita bisa membayangkan kedepan akan menjadi seperti apa. Membahas hal ini, penulis jadi ingat tentang kontes menyanyi yang di selenggarakan oleh beberapa stasiun televisi seperti Idola Cilik, AFI Junior,Idol Junior yang memfasilitasi anak-anak yang memiliki talenta dalam bidang tarik suara. Memang benar adanya bahwa kompetisi ini mengusung tema anak-anak namun bisa dilihat kenyataanya bahwa lagu-lagu yang dibawakan oleh anak-anak tersebut jauh dari tema anak-anak. 

    Mereka lebih banyak memilih lagu-lagu dewasa bahkan tidak jarang mereka juga memilih lagu dangdut koplo untuk dinyanyikan. Hal ini cukup membuktikan bahwa eksistensi lagu dangdut koplo lebih tinggi dibandingkan dengan lagu bertema anak-anak. Mengapa hal ini bisa terjadi? Bisa jadi selain karena mereka ingin mengikuti trend lagu yang sedang booming saat  ini dan bisa pula disebabkan karena adanya kebosanan tersendiri terhadap lagu anak-anak yang hanya itu-itu saja, stagnan/tidak ada peningkatan kuantitas maupun kualitas lagu seiring berkembangnya zaman, nada dan iramanya dianggap terlalu monoton dan ringan sehingga tidak setara dengan kemampuan vocal anak-anak yang lebih dari biasanya apalagi les vocal saat ini cukup marak sehingga mereka butuh lagu yang bisa mendukung kemajuan peningkatan vocal yang lebih baik. 

    Tidak semua lagu anak-anak memiliki gaya nada yang ringan dan monoton, contohnya saja lagu-lagu yang dibawakan oleh Sherina, lagu-lagu tersebut memiliki variasi nada dengan beberapa tingkat kesulitan namun sayangnya dengan berkembangnya zaman sudah jarang sekali penulis lagu yang menciptakan kreasi lagu sedemikian rupa. Tidak hanya dari segi penulis lagu, produser musik pun sedikit enggan memproduksi lagu anak-anak yang berkualitas baik karena pada saat ini marak sekali kasus pembajakan serta mudahnya akses karya-karya musik yang dapat dengan mudah dijumpai lewat situs youtube dengan gratis, apresiasi terhadap karya cukup minim sekali sehingga tidak membawa profit cukup besar bagi produser musik. 

      Tetapi apalah arti dari sebuah materi jika ternyata tak memberi manfaat berarti bagi masyarakat kita sendiri. Ini adalah sebuah masalah pelik yang membutuhkan solusi. Apa yang kita miliki akan lebih bermanfaat jika kita persembahkan untuk negri. Dan sebagai solusi, dengan menghidupkan lagu-lagu bernuansa edukasi disertai variasi nada dan genre bisa menjadi pemecah masalah yang sedang terjadi. 

      Sekali lagi, pengawasan terhadap aktivitas anak di rumah terutama dalam hal penggunaan media hiburan seyogyanya menjadi kewajiban yang harus dilakukan oleh orang tua. Adapun guru disekolah berkewajiban memberikan pemahaman kepada siswa tentang tayangan – tayangan apa saja yang boleh dilihat oleh anak. Jika perlu  sekolah bisa memberikan sanksi kepada anak yang terbukti meniru nyanyian atau adegan-adegan yang dilarang. Dengan begitu kita pun berharap pendidikan karakter yang saat ini tengah menjadi “primadona” bukan hanya menjadi slogan semata namun juga benar-benar dilaksanakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar