Minggu, 12 Februari 2017

Syukuri, Nikmati dan Jangan Lupa Berbagi



Kutengok isi dompetku, tersisa 1 lembar uang lima ribuan, 2 lembar dua ribuan, beberapa uang receh, dan beberapa lembar nota fotocopy, print, dan jilid skripsi yang cukup banyak. "Ah, sial", batinku. Baru saja gajian tapi udah ludes begitu saja. Bukan karena aku terlalu boros tapi aku sedang butuh uang banyak untuk keperluan penelitian dan skripsiku.
***

Di penghujung studiku, aku sudah tak lagi mengandalkan uang beasiswa untuk memenuhi kebutuhanku karena masa beasiswa yang sudah berakhir. Jadilah pendapatanku hanya bersumber dari hasil mengajar di Sanggar Lukis Fantasy. Sejak SMK aku memang sudah bertekad untuk tidak menyusahkan bapak yang bekerja serabutan sebagai kuli bangunan, tukang kayu meubel, dan tukang ojek. Ya, bapak adalah pekerja kasar. Apapun bapak lakukan asal halal. Sedang ibu di rumah karena kondisi kesehatan yang semakin berkurang. Aku juga merintis sebuah usaha pembuatan sabun cuci piring cair. Tapi pendapatanku tak menentu karena belum serius menggenjot pasar dari produk yang aku buat.
***

Kurebahkan tubuhku di kasur. Mataku sudah mulai mengantuk. Sepintas ku ingat-ingat lagi apa yang harus aku bayar setelah ini.

"Ah, ternyata aku masih punya tagihan lain. Sudahlah, semoga besok ada keajaiban." Pikirku.

Tiba-tiba terlintas dibenakku bayangan Winda dan Rahma, kedua keponakanku yang baru saja ditinggal ibunya menghadap haribaan Tuhan. Dan sekarang mereka menjadi piatu tanpa ibu. Aku menjadi sedih. Bagaimana jika seusia mereka aku harus hidup tanpa dampingan seorang ibu. Ternyata ada yang lebih menyedihkan ketimbang merasakan kembang kempisnya dompet yang selalu bikin penat. Malam itu aku sedikit melepas segala keluh kesah dan mendekap erat syukur yang hampir saja terlewat.

"Baiklah, gajian bulan depan aku akan mengajak mereka jalan-jalan". Nadzarku sebelum terlelap.
***

Selang sehari usai bernadzar, aku mendapat pesan singkat dari bu lurah.

"Mbak Win, besok pagi bisa nge MC di Hotel Grage untuk acara anggota DPRD dalam sosialisasi APRI (Asosiasi Penambang Rakyat Indonesia)?"

Karena aku sedang tidak ada jadwal mengajar, maka dengan secepat kilat aku mengiyakan tawaran dari bu lurah. Aku senang dapat terlibat dalam beberapa kesempatan yang bu lurah tawarkan. Aku menjadi pembawa acara sekalipun tak pernah memasang tarif. Menjadi MC gratisan skala kampung, bisa bertemu orang banyak, dikenal masyarakat, dan ikut menyukseskam acara adalah bayaran yang luar biasa.

Singkat cerita, usai acara berakhir aku diberi amplop oleh suami bu lurah selaku penyelenggara kegiatan. Awalnya aku menolak tapi beliau memaksa karena ingin mengapresiasi apa yang telah aku lakukan. Dengan mata berbinar-binar kuterima amplop itu dengan suka cita seraya berkata "Alhamdulillaaah", gumamku dalam hati.
***

Dua hari telah berlalu, aku mendapati sebuah tawaran untuk mengisi materi kewirausahaan di sebuah SMP Internasional di Kota Malang, sebut saja SMP Tazkia. Awalnya aku ragu, tapi aku ingin mencoba atmosfir mengajar di SMP. Maklum, aku setiap harinya mengajar lukis hanya level TK dan SD. Kucoba hubungi pihak yang bersangkutan dan beliau mengiyakan walau saat itu aku punya beberapa kendala diantaranya yaitu laptop kesayanganku sedang rusak sedang slide materi ada di dalamnya. Dengan modal nekat, segala oengalaman yang aku punya dan bismillah kuberanikan diri untuk mencoba berpartisipasi dalam kegiatan yang mereka beri nama "Muslimahpreneur".

Singkat cerita, aku mengisi dalam 2 sesi. Dan seusainya, Alhamdulillaaah aku diberi amplop lagi. Dengan hati bahagia, kukantongi amplop itu.

Ah iya, memang benar jika kita selalu bersyukur dengan nikmat yang Allah berikan maka Allah akan menambah nikmat itu lagi dan lagi.
***

Minggu pagi, malang nampak mendung dan hujan membasahi jalanan yang nampak masih lengang. Hujan berhenti tapi langit masih saja kelam. Ada dorongan kuat yang membawaku ke rumah dua ponakan cantikku, Winda dan Rahma. Kusampaikan jika hari ini kita akan pergi jalan-jalan ke alun-alun Batu. Dua anak yang masih polos ini girang bukan main. Maklum walaupun Batu tak jauh dari tempat kami, Winda dan Rahma belum pernah kesana. Selain karena tak memiliki kendaraan juga karena keterbatasan ekonomi.

Sepanjang perjalanan mereka nampak bahagia melihat lalu lalang kendaraan. Sesampainya disana, ku ajak mereka menaiki Veris wheel atau kincir angin yang berdiri tegak di alun-alun Batu. Dari atas kincir angin kita melihat pemandangan kota Batu dan Malang raya yang sangat indah dengan hamparan gunung dan bukit yang menawan. Lalu mereka bermain di play ground, bercanda, tertawa dan sesekali aku mengambil foto untuk kenang-kenangan. Kami membeli mainan gelembung udara dan makan bersama-sama. Kulakukan ini dengan ikhlas. Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita untuk menyayangi anak yatim piatu. Bahkan beliau bernah berkata bahwa Nabi Muhammad SAW) dan pengasuh anak yatim piatu di surga akan sangat dekat ibarat jari telujuk dan jari tengah. Mudah-mudahan apa uang aku lakukan hari ini adalah salah satu amalan kebaikan menyenangkan anak yatim piatu. Amin
***

Hari semakin siang, kami segera pulang. Rahma mengantuk dan tertidur pulas di punggungku yang sedang menyetir motor sedangkan Winda sang kakak memegangi agar tak sampai jatuh. Hari ini aku belajar, membuat orang bahagia ternyata sederhana. Hidup jangan terlalu banyak mengeluh. Bersyukurlah, karena dengan bersyukur maka Allah akan menambah nikmat pada kita. Dengan segala yang Allah berikan padamu, maka nikmat mana lagi yang akan kau dustakan?
***

Sesampainya di rumah. Aku berpamitan pada Winda, Rahma dan ayahnya. Ku usah kepalanya, berharap semoga ada kesempatan lagi untuk bersua.

Alhamdulillaaaahh.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar