Rabu, 15 Februari 2017

Mengapa Harus Malu Berbahasa Arab?

Bahasa arab tidak asing lagi di telinga kita. Bahasa yang memiliki penulisan huruf yang khas ini sudah ditetapkan menjadi bahasa internasional. Selain bahasa internasional juga menjadi bahasa Al-qur’an serta bahasa ibadah umat islam. Bahkan bahasa ini menjadi bahasa utama percakapan sehari-hari penduduk di timur tengah. Tidak menutup kemungkinan jika bahasa ini cukup eksis di dunia internasional. Namun, apakah dalam perkembangan globalisasi saat ini tetap demikian? Dalam esai ini, penulis akan mencoba untuk menguak lebih lanjut mengenai eksistensi bahasa arab, problematika dalam proses pembumian bahasa arab serta solusi agar bahasa arab tetap menjadi primadona di dunia internasional.

 Sebelum menulis esai ini, penulis pernah mengunjungi sebuah pondok pesantren yang kental sekali dengan bahasa arab. Dalam percakapan sehari-hari mereka diwajibkan menggunakan bahasa ini dan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam berbahasa arab, lembaga memberlakukan sistem reward and punishment dalam pelaksanaannya. Jika ada santri yang ketahuan tidak menggunakan bahasa arab maka akan diberi sanksi. Sehingga mau tidak mau mereka akan berusaha bisa berbicara bahasa arab dengan lancar. Memang benar jika di instansi-instansi islam seperti pondok pesantren, madrasah-madrasah dan perguruan tinggi islam banyak yang memberlakukan bahasa arab dalam instansinya. Namun yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana dengan eksistensi bahasa arab di instansi umum dan masyarakat umum lainnya? Bisa jadi dalam menjawab pertanyaan ini bahasa arab masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat khususnya remaja. Melihat era globalisasi saat ini dengan beragam budaya yang masuk ke Indonesia melalui berbagai macam media menjadikan bahasa arab sedikit tersingkirkan. Seperti kemunculan style boyband dan girlband korea  serta teknologi ala barat sehingga para remaja mulai menggandrungi bahasa-bahasa seperti bahasa korea, jepang, jerman, prancis, dll. Namun dari sekian bahasa yang ada, bahasa inggrislah yang paling mendominasi. Banyak dari mereka yang beranggapan bahwa bahasa arab adalah bahasanya orang pesantren saja karena pondok pesantren identik dengan agama islam yang dalam kitab suci serta ibadahnya menggunakan bahasa tersebut sehingga tidak jarang masyarakat umum dan masyarakat non-muslim kurang tertarik mempelajari bahasa arab dan memilih bahasa asing lain untuk dipelajari. Padahal jika kita menengok masa lampau,tidak hanya para santri, abangan, pelajar muslim dan ulama saja yang mampu berbahasa arab, bahkan kalangan birokrat di awal-awal sebelum kemerdekaan, mereka masih banyak yang bisa membaca dan menulis dengan aksara arab pegon, sebuah tulisan berhuruf hindi (hijaiyah) yang dipakai untuk mengungkap pesan dari bahasa lokal. Di dalam manuskrip kuno dari era walisongo dan era penyebaran Islam yang bermula dari pesantren, tulisan Arab pegon mendominasi karya tulis, surat-menyurat dan bahkan peraturan kerajaan pada masa itu.Bisa disimpulkan bahwa bahasa arab bukan bahasa pesantren saja.Dengan menengok sejarah maka seharusnya tidak ada kata malu dan gengsi berbahasa arab. Justru kita harus bangga dengan bahasa arab.

Jika kita membahas tentang sudahkah bahasa arab cukup membumi di Indonesia? Tentu saja ada banyak problem dalam proses pembumian bahasa arab ini. Salah satu problem yang dianggap cukup serius adalah masalah perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi saat ini cukup signifikan. Dan berkat penciptaan teknologi yang canggih sehingga negara barat menjadi kiblat ilmu seluruh dunia. Sedikit demi sedikit masyarakat cenderung meniru kehidupan peradaban barat dan karena kecanggihan teknologi yang diciptakan maka akan membuat masyarakat sedikit banyak harus mempelajari bahasa inggris yang dianggap sebagai bahasa teknologi dan sains paling mutakhir. Hal ini memang benar karena bisa kita lihat sediri seperti bahasa pengantar dalam handphone, komputer/laptop, dll hampir semuanya menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa pengantarnya.Selain teknologi yang membuat bahasa arab kurang begitu diminati adalah karena selama ini bahasa Arab identik dengan nahwu sharaf yang dikenal sedikit rumit, menjadi semakin membosankan lagi jika metode dalam pengajarannya tidak sistematis dan kurang menarik. Selain itu juga masyarakat kurang melihat adanya peluang strategis dibandingkan dengan bahasa asing lainnya dan yang pasti adalah jarangnya di temukan di berbagai media baik tulisan maupun dialog yang menggunakan bahasa arab. Saat ini juga banyak sekali buku literatur berbahasa arab yang telah di terjemahkan dalam bahasa Indonesia sehingga mereka beranggapan bahwa untuk memahami maksud buku tersebut tidak harus belajar bahasa arabnya terlebih dahulu, apalagi saat ini juga ada teknologi canggih yang mampu menerjemahkan bahasa secara otomatis sehingga masyarakat lebih bergantung pada kecanggihan tersebut dan bisa kita lihat pula dalam kehidupan kita walaupun di Indonesia sangat banyak pemeluk agama islam, namun tidak jarang kita temui banyak dari mereka yang belum bisa membaca tulisan arab. Dari uraian yang dijabarkan penulis di atas bisa disimpulkan bahwa banyak sekali problematika yang mengindikasikan bahwa perjuangan dalam rangka mensosialisasikan bahasa arab belum menunjukkan hasil yang signifikan karena masih cukup sedikit ditemukan personal-personal yang cakap dalam berbahasa arab.

 Dari berbagai macam problematika teargesernya bahasa arab, ada beberapa solusi bagaimana agar bahasa arab tetap populer dan menjadi primadona. Pertama, karena penduduk negara Indonesia yang moyoritas beragama Islam maka sangat potensial membumikan bahasa Arab. Diperkuat lagi dengan lembaga pendidikan yang kian hari kian diperhitungkan eksistensinya akan dapat mempercepat proses pembumian bahasa Arab jika saja diperkuat oleh kebijakan politik pemerintah dalam bidang pendidikan khususnya atau pada bidang-bidang yang lain. Dengan mengajarkan bahasa arab sejak dini disamping bahasa-bahasa asing lainnya maka akan mengundang minat wisatawan dan investori dari Timur Tengah yang merupakan negara yang kaya akan hasil buminya juga dapat membuka lapangan kerja bagi generasi yang cakap berbahasa arab serta dapat meningkatkan hubungan diplomasi antara Indonesia dengan Timur Tengah di berbagai aspek seperti ekonomi dan pendidikan seperti program student exchange atau scholarship. Untuk membuka jalannya kerjasama tersebut yang nantinya melahirkan berbagai macam program menarik maka dibutuhkan ketrampilan bahasa arab, karena kebutuhan itulah maka bahasa arab tidak lagi dipandang sebelah mata dan juga tidak akan dianggap sebagai bahasa pesantrenan saja.
 Solusi kedua, mengingat tantangan dalam pembumian bahasa Arab di Indonesia saat ini memang sangat berat, dimana masa sekarang adalam zaman globalisasi, teknologi dan kejayaan keilmuan barat. Bahasa Inggris merupakan lawan terkuat bagi pembumian bahasa Arab karena bahasa Inggris sudah menjadi identitas globalisasi, teknologi dan keilmuan barat. Kendatipun demikian, bukan berarti tidak ada harapan bagi bahasa Arab untuk menjadi bahasa asing yang paling banyak dituturkan, karena saat ini perkembangan pendidikan bahasa Arab kian menggembirakan. Banyak buku-buku yang berkaitan dengan metodologi pembelajaran bahasa Arab sudah diterbitkan, transformasi pendekatan metode yang menarik telah merubah pembelajaran bahasa Arab menjadi kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Karena bahasa arab sangat menyenangkan. So, tidak ada kata malu lagi untuk berbahasa arab. Mari kita wujudkan sejuta mimpi dengan bahasa arab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar